BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap tahun kasus tenang penyakit diare semakin meningkat. Angka
kesakitan dan kematian masih terus bertambah. Kurangnya pemahaman
masyarakat tentang diare menimbulkan rasa ketakutan berlebihan terhadap
diare. Selain itu, belum optimalnya peran serta masyarakat dalam
pencegahan serta pengendaliannya. Tidak sedikit anggota masyarakat yang
menderita sakit perut yang mungkin tidak disebabkan Diare menjadi
ketakutan berlebihan sehingga minta rawat inap di rumah sakit. Di
samping itu, masyarakat belum banyak mempunyai pemahaman tepat dan
benar tentang pencegahan dan pengendalian vektor Diare. Akibatnya, peran
serta masyarakat terhadap pencegahan dan pengendaliannya masih sangat
kurang. Sering di masyarakat, masih banyak yang tidak peduli terhadap
asupan makan makanan yang mereka konsumsi yang pada akhirnya menimbulkan
diare. Pada beberapa gerakan penyuluhan dalam rangka pencegahan diare
sering salah sasaran.
B. TUJUAN
Tujuan umum : Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pencegahan diare.
Tujuan khusus :
1. Masyarakat mampu mencegah timbulnya penyakit diare.
2. Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat.
3. Masyarakat tidak lagi berprilaku sembarangan.
4. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya kebersihan makanan yang akan dikonsumsi
5. Berperan aktif dalam upaya kegiatan kesehatan.
C. RUMUSAN MASALAH
· Apakah definisi penyakit diare?
· Apa saja penyebab penyakit diare?
· Bagaimana tanda dan gejala penyakit diare?
· Bagaimana cara pencegahan penyakit diare?
· Bagaimana pengobatan penyakit diare?
· Siapakah sasaran promosi kesehatan pada penyakit diare?
· Apakah tujuan promosi kesehatan diare?
D. METODE PENULISAN
Metode
penulisan yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah menggunakan
metode pustaka dan study literature, dengan mencari dan mengumpulkan
data dari berbagai sumber seperti website, internet dan buku-buku yang
ada.
BAB II
PROPOSAL PROGRAM PROMOSI KESEHATAN
DENGAN PENYAKIT GASTRITIS
A. PENDAHULUAN
Nama kegiatan : Promosi Kesehatan
Masalah : Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai diare
Pokok bahasan : Penyakit saluran pencernaan
Sub pokok bahasan : Diare
Sasaran : Masyarkat di RW 3
Pelaksana : Mahasiswa Akper Depkes Baturaja
Tingkat IIA
Waktu : 30 menit (10.00-10.30 WIB)
Pertemuan ke-1 : 25 November 2011
Tempat : Air Gading, Baturaja
B. Panitia Pelaksana
Panitia pelaksana terdiri dari mahasiswa
tingkat IIA Poltekkes Depkes Palembang Prodi Keperawatan Baturaja.
Susunan panitia pada kegiatan promosi kesehatan ini adalah sebagai
berikut :
Ketua : Yuriendo Najimi
Sekertaris : Defri Aryanti
Bendahara : Defri Aryanti
Moderator : Septia Reni
C. Tujuan promosi kesehatan
Tujuan penyuluhan pencegahan penyakit Diare yaitu:
Tujuan umum :
1. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pencegahan diare.
2. Meningkatkan perilaku masyarakat untuk berprilaku hidup sehat
3. Meningkatkan status kesehatan masyarakat
Tujuan khusus :
1. Masyarakat mampu mencegah timbulnya penyakit diare.
2. Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat.
3. Masyarakat tidak lagi berprilaku sembarangan.
4. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya kebersihan makanan yang akan dikonsumsi
5. Berperan aktif dalam upaya kegiatan kesehatan.
D. Sasaran promosi kesehatan
a. Tatanan rumah tangga
Sasaran di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keseluruhan didesa Air Gading, Baturaja yang terbagi dalam :
1.) Sasaran Primer
Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah prilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah.
2.) Sasaran Sekunder
Adalah
sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga yang bermasalah
misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh keluarga, kader tokoh
agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan sector terkait.
3.) Sasaran tersier
Adalah
sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsure pembantu dalam menunjang
atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya
promosi kesehatan misal, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas,
guru, tokoh masyarakat.
b. Kemungkinan hambatan dan kesuitan.
Hambatan yang mungkin dihadapi adalah sulitnya mengumpulkan warga dan terbatasnya waktu dan dana yang tersedia.
c. Sumber daya yang potensial.
Tokoh
kunci di masyarakat dapat menjadi mitra dalam pemberdayaan masyarakat
adalah ketua RT, tokoh agama, tokoh masyarakat, kader kesehatan dan
tokoh pemuda.
d. Penyebab permasalahan yang bersifat prilaku dan budaya.
Adanya
prilaku masyarakat yang tidak sehat seperti kurangnya kebersihan
makanan, kurangnya pengetahuan akan pentingnya kebersihan..
E. Metode Promosi
Metode
yang akan digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan pencegahan
penyakit diare adalah penyuluhan langsung, pemasangan poster, penyebaran
leaflet, serta meberikan contoh konkrit berupa foto-foto dan slide
untuk pengetahuan tentang Diare.
F. Penyusunan Rencana pelaksanaan dan Evaluasi
Penyusunan
Rencana pelaksanaan dan Evaluasi tentang kapan pelaksanaan dan evaluasi
akan dilaksanakan, dimana, sasaran serta siapa yang akan melakukan
pelaksanaan dan evaluasi.
G. Pokok materi
1. Pengertian penyakit diare.
2. Penyebab penyakit diare.
3. Tanda dan gejala penyakit diare.
4. Pencegahan penyakit diare.
5. Pengobatan penyakit diare.
6. Perawatan pada penderita diare.
H. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Metode : Ceramah, Tanya jawab.
2. Langkah-langkah kegiatan :
a. Kegiatan pra pembelajaran
1. Mempersiapkan materi, media dan tempat.
2. Memberikan salam
3. Perkenalan
4. Kontrak waktu
b. Membuka pembelajaran
1. Menjelaskan pokok bahasan
2. Menjelaskan tujuan
3. Apersepsi
c. Kegiatan inti
1. Penyuluh menjelaskan materi diare.
2. Sasaran menyimak materi daire.
3. Sasaran mengajukan pertanyaan tentang diare.
4. Penyuluh menjawab pertanyaan.
5. Penyuluh menyimpulkan jawaban.
d. Penutup
1. Evaluasi
2. Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi
3. Memberi salam
I. Media dan sumber
Media : Leaflet (terlampir), Power Point , gambar
Sumber : berbagai referensi buku dan internet
J. Evaluasi
1. Prosedu : Pre Test dan Post Test
2. Jenis test : Pertanyaan secara lisan
3. Butir soal : 6
a. Jelaskan pengertian penyakit Diare !
b. Jelaskan penyebab penyakit Diare !
c. Jelaskan tanda dan gejala penyakit Diare !
d. Jelaskan cara pencegahan penyakit Diare !
e. Jelaskan cara pengobatan penyakit diare !
f. Jelaskan cara merawat penderita diare !
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Diare
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun
B. Penyebab
Diare
disebabkan oleh infeksi dari lumen saluran cerna, dan dindingnya
seperti akibat dari komplikasi penyakit lain di luar saluran cerna. Bisa
juga karena sejenis zat racun yang tidak sesuai dan atau tidak bisa
dikenal oleh saluran cerna yang berasal dari makanan atau minuman.
Kuman
Penyebab adalah amuba, kebanyakan adalah kelompok shigella dan
salmonella (termasuk Salmonella typhi, dan para typhi A dan B, demam
typhoid dan paratyphoid, dan masih banyak lagi jenis salmonella lainnya,
termasuk salmonella typhimurium0. belakangan ternyata jenis
Campilobacter diakui merupakan penyebab diare yang utama di seluruh
dunia.
Pada
bayi yang hanya berbaring di dalam boks dan juga minum susu saja,
terutama yang tinggal di daerah yang sanitasinya kurang baik, maka jenis
Clastridium juga merupakan penyebab diare (sering terdapat pada daging
babi maupun sapi).
Diare yang berat sering disebabkan oleh kuman Vibrio, terutama Vibrio cholera. Penyebab
lainnya juga dari kelompok protozoa (misalnya, jenis Amoeba,
Blantidium, dan Giardia yang langsung menginfeksi saluran cerna, dan
malaria sebagai akibat komplikasinya). Begitu juga beberapa jenis cacing
seperti cacing bulat (Nematoda), cacing dalam darah (seperti
Schistosoma dan Fasciolopsis). Diare yang berat kadang-kadang disertai
dengan keluarnya darah bersama tinja, mungkin karena racun yang
dihasilkan kuman penyebab (endotoksin). Toksin atau racun, bisa juga
dari makanan dan minuman yang masuk seperti air dan susu yang tercemar. Toksin
meresap ke dinding saluran cerna menimbulkan luka sehingga berdarah.
Kuman yang paling sering bertanggung jawab jawab atas kejadian ini
adalah Staphylococus aureus, beberapa jenis Salmonella dan kuman yang
masuk golongan enteropathik Eschercia coli. Karena gangguan proses
penyerapan makanan, mungkin diare lebih populer diistilahkan oleh awam
sebagai sebagai gangguan pencernaan (malabsorbtion), tinja sering
berlemak, sering merupakan tahap awal kekurangan vitamin. Pada zaman
dahulu sewaktu rombongan Colombus mengelilingi dunia, karena terlalu
lama dalam pelayaran tidak makan sayuran dan buah-buahan segar maka
kekurangan vitamin C (scorbutl sprue) disertai infeksi sejenis Protozoa.
Seperti jenis Giardia lambia dan sejenis cacing Capillaria. Gejala ini
juga terjadi pada anak-anak yang kekurangan enzym pencernaan khususnya
enzym lactase untuk mencerna susu.
Diare
yang kronis yaitu, hilang lalu timbul kembali, bisa jadi disebabkan
oleh infeksi yang terus menerus oleh jenis Shigella, Entamoeba, dan
Schistosoma sebagaimana udah disebutkan di atas.
Pada
keadan seperti ini terjadi pada perubahan pada sel epitel dinding
saluran cerna yang merupakan permulaan terjadi perdangan usus besar yang
kronis (Colitis chronica) dan selaput lendir usus besar akan berkerut. Lama kelamaan bisa menjadi keganasan (carcinoma=kanker), sehingga diare makin berat dan kadang-kadang disertai tinja berdarah.
Infeksi
virus bisa menimbulkan diare ringan sampai berat. Diare karena virus
tidak terlalu menginfeksi langsung pada saluran cerna, tetapi karena
infeksi menurunkan daya tahan tubuh secara umum.
C. Tanda dan Gejala Penyakit Diare
Gejala
yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai
mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung,dan perut berbunyi.
Selain
menimbulkan rasa tidak nyaman, rasa malu karena sering ke toilet dan
terganggunya aktivitas sehari-hari; diare yang berat juga dapat
menyebabkan kehilangan cairan (dehidrasi) dan kehilangan elektrolit
seperti natrium, kalium, magnesium dan klorida.
Jika
sejumlah besar cairan dan elektrolit hilang, tekanan darah akan turun
dan dapat menyebabkan pingsan, denyut jantung tidak normal (aritmia) dan
kelainan serius lainnya. Resiko ini terjadi terutama pada anak-anak,
orang tua, orang dengan kondisi lemah dan penderita diare yang berat.
Hilangnya bikarbonat bisa menyebabkan asidosis, suatu gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah.
Pertama-tama, dipastikan dulu apakah diarenya timbul tiba-tiba dan untuk sementara waktu atau menetap. Dilihat juga apakah:
- Penyebabnya adalah perubahan makanan
- Terdapat gejala lain seperti demam, nyeri dan ruam kulit
- Ada orang lain yang juga memiliki gejala yang sama.
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan contoh tinja.
Pemeriksaan tinja meliputi bentuknya (cair atau padat), baunya,
ditemukannya lemak, darah atau zat-zat yang tidak dapat dicerna, dan
jumlahnya dalam 24 jam.
Bila diare menetap, dilakukan pemeriksaan mikroskopik tinja untuk:
- Mencari sel-sel, lendir, lemak dan bahan lainnya
- Menemukan darah dan bahan tertentu yang menyebabkan diare osmotik
- Mencari organisme infeksius, termasuk bakteri tertentu, amuba dan Giardia.
Bila
secara sembunyi-sembunyi mengkonsumsi pencahar, maka pencahar yang
diminum bisa ditemukan dalam contoh tinja. Untuk memeriksa lapisan
rektum dan anus dapat dilakukan sigmoidoiskopi. Kadang-kadang perlu
dilakukan biopsi (pengambilan contoh lapisan rektum untuk pemeriksaan mikroskop).
D. Perawatan pasien diare
Perawatan
untuk diare melibatkan pasien mengonsumsi sejumlah air yang mencukupi
untuk menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan elektrolit untuk menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Untuk banyak orang, perawatan lebih lanjut dan medikasi resmi tidak dibutuhkan.
Diare di bawah ini biasanya diperlukan pengawasan medis:
- Diare pada balita
- Diare menengah atau berat pada anak-anak
- Diare yang bercampur dengan darah.
- Diare yang terus terjadi lebih dari 2 minggu.
- Diare yang disertai dengan penyakit umum lainnya seperti sakit perut, demam, kehilangan berat badan, dan lain-lain.
- Diare pada orang bepergian (kemungkinan terjadi infeksi yang eksotis seperti parasit)
- Diare dalam institusi seperti rumah sakit, perawatan anak, institut kesehatan mental.
E. Pengobatan Diare
Diare
merupakan suatu gejala dan pengobatannya tergantung pada penyebabnya.
Kebanyakan penderita diare hanya perlu menghilangkan penyebabnya,
misalnya permen karet diet atau obat-obatan tertentu, untuk menghentikan
diare.Kadang-kadang diare menahun akan sembuh jika orang berhenti minum
kopi atau minuman cola yang mengandung cafein.
Untuk
membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat,
codein, paregorik (opium tinctur) atau loperamide. Kadang-kadang,
bulking agents yang digunakan pada konstipasi menahun (psillium atau
metilselulosa) bisa membantu meringankan diare Untuk membantu
mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
Bila
diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka penderita perlu
dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui
infus. Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang
mengandung air, gula dan garam.
Jika seseorang atau balita telah terserang diare, langkah awal yang dapat dilakukan adalah:
- Berikan minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang;
- Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI (Air Susu Ibu);
- Berikan garam Oralit.
- Segeralah priksakan penderita ke dokter apabila diare berkelanjutan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.
F. Pencegahan diare
Diare
dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara:
- Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu:
1) sebelum makan,
2) setelah buang air besar,
3) sebelum memegang bayi,
4) setelah menceboki anak
5) sebelum menyiapkan makanan;
- Meminum
air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara
merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
- Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
- Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Promosi
Kesehatan tentang penyuluhan Diare memang penting bagi sasaran yaitu
masyarakat Air Gading Baturaja. Untuk menambah kesadaran tentang
pentingnya berprilaku sehat terhadap dilingkungan. Serta dapat
meningkatkan status kesehatan dalam pencegahannya terhadap Diare.
DAFTAR PUSTAKA
Angga. 2008. http://anggasite.blogspot.com/Makalah
tentang diare - Pengertian diare - Laporan pendahuluan diare - Makalah
Diare _ peutuah.html
Fitriani, Sinta. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta: Graha Ilmu.
Tambunan, Hetty. 2009. http:/hetty.wordpress.com/diare/promosi-kesehatan-untuk-kader.html
Wikipedia. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Diare
PROMKES DEMAM BERDARAH
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap
memasuki awal dan akhir musim hujan kita selalu disibukkan oleh
terjadinya kenaikan kasus atau kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah
dengue (DBD). Kejadian tersebut selalu berulang dan meresahkan sehingga
masyarakat dihantui ketakutan tertular atau terinfeksi virus dengue
penyebab DBD. Sebab, DBD dapat secara cepat menimbulkan kematian. Sektor
kesehatan dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/ kota bahkan
sampai ke pelayanan terdepan, para pejabat publik selalu kewalahan
mengatasi masalah KLB DBD yang sampai saat ini belum mampu dikendalikan
dengan baik.
Angka
kesakitan dan kematian masih terus bertambah. Kurangnya pemahaman
masyarakat tentang DBD menimbulkan rasa ketakutan berlebihan terhadap
infeksi virus dengue. Selain itu, belum optimalnya peran serta
masyarakat dalam pencegahan serta pengendaliannya. Tidak sedikit anggota
masyarakat yang menderita demam yang mungkin tidak disebabkan DBD
menjadi ketakutan berlebihan sehingga minta rawat inap di rumah sakit. Di
samping itu, masyarakat belum banyak mempunyai pemahaman tepat dan
benar tentang pencegahan dan pengendalian vektor DBD. Akibatnya, peran
serta masyarakat terhadap pencegahan dan pengendaliannya masih sangat
kurang. Sering di berbagai pemukiman/rumah-rumah, termasuk di asrama
banyak jentik nyamuk aedes di tempat-tempat penampungan air; baik di
tipe perumahan tertata maupun yang tidak tertata. Bahkan, tidak jarang
jentik nyamuk aedes ditemukan dalam jumlah cukup banyak di fasilitas
umum, seperti sekolah, kantor, tempat-tempat ibadah. Pada beberapa
gerakan kebersihan dalam rangka pencegahan dan pengendalian nyamuk DBD
sering salah sasaran.
Yang
dilakukan adalah membersihkan saluran pembuangan limbah, drainase, dan
sampah sehingga tempat penampungan air sebagai habitat perkembangbiakan
nyamuk DBD tidak tersentuh. Gerakan kebersihan tersebut tidak salah dan
sangat bagus untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).Apabila, hal itu bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan DBD
tidak tepat sasaran. Gerakan tersebut membuktikan bahwa pemahaman
masyarakat tentang DBD dan cara pengendalian vektor masih belum baik.
Pengetahuan
atau pemahaman tentang DBD, cara pencegahan, dan pengendaliannya secara
baik dan benar oleh masyarakat, aparat pemerintah, dan lintas sektor
terkait, termasuk LSM dan tokoh masyarakat akan meningkatkan kepedulian,
kemampuan, dan peran sertanya secara tepat. Dengan demikian, diharapkan
mempunyai daya ungkit yang positif dalam mencegah terjadinya penularan
dan KLB DBD di Indonesia.
Karena
itu, perlu dilakukan terobosan baru untuk meningkatkan pemaham terhadap
masyarakat melalui penyuluhan, kampanye, atau promosi kesehatan tentang
DBD, vektor, cara penularan, serta cara pencegahan dan pengendaliannya
secara berkesinambungan.
DBD
merupakan salah satu penyakit menular yang berbasis lingkungan.
Artinya, kejadian dan penularannya dipengaruhi berbagai faktor
lingkungan. Tiga faktor lingkungan yang berpengaruh, antara lain
lingkungan biologi, fisik, sosialbudaya. Lingkungan biologi, seperti
virus dengue sebagai penyebab/ agen penyakit, nyamuk aedes sebagai
penular disebut sebagai vektor DBD, manusia sebagai penjamu atau hospes
yang menderita sakit dengue dan DBD, faktor-faktor biologi lain, seperti
musuh alami nyamuk (bakteri, predator, parasit, parasitoid) dan
vegetasi lainnya.
Virus
dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk vektor, masyarakat umum
menyebut sebagai nyamuk demam berdarah, yaitu nyamuk aedes, aedes
aegypti sebagai vektor utama, dan Ae albopictus sebagai vektor sekunder.
Nyamuk aedes warna hitam dan belang-belang sehingga sering disebut
sebagai nyamuk harimau, lebih banyak menggigit manusia sehingga disebut
bersifat antropofilik. Nyamuk aedes aegypti sebagai vektor DBD sangat
efektif, di samping rentan terhadap virus dengue juga bersifat multiple
feeding. Artinya, aedes aegypti dalam menghisap darah sampai kenyang
sering berpindah hospes dari satu orang ke orang lain. Sifat ini
meningkatkan risiko penularan pada masa KLB karena satu nyamuk aedes
infektif dalam satu hari akan mampu menularkan virus dengue kepada lebih
dari satu orang (calon pasien). Kebiasaan menggigit atau menghisap
darah hospes terjadi pada siang hari, puncak aktivitas menggigit antara
pukul 06.00-10.00 dan sore hari antara pukul 16.00-18.00. Di Indonesia,
vektor DBD sebagai nyamuk pemukiman. Artinya, berada dan ditemukan di
daerah pemukiman penduduk. Habitat perkembangbiakan stadium
pradewasa,yaitu telur, larva, dan pupa, terdapat di segala jenis tempat
penampungan air, seperti bak mandi, penampungan air minum, pot bunga,
kaleng bekas, drum, ban bekas, aksila pohon, talang air, tempat minum
unggas.Wadah ini yang berisi air bersih, relatif jernih dan tidak
langsung kontak dengan tanah.
B. TUJUAN
Tujuan umum : Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pencegahan demam berdarah dengan 3M.
Tujuan khusus :
1. Masyarakat mampu mencegah timbulnya penyakit demam berdarah.
2. Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat.
3. Masyarakat tidak lagi berprilaku sembarangan.
4. Masyarakat dapat menghilangkan jentik-jentik nyamuk penyebab demam berdarah.
5. Berperan aktif dalam upaya kegiatan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Demam Berdarah (DBD)
Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang
dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae.
Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di
berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembab. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta
kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.
B. Penyebab
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae.
Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit
demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah
terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami
infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda. Sistem imun yang sudah
terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan
mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat
terinfeksi untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh
sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa hidup, namun jenis virus
yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun
tubuh yang terbentuk.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.
Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang
telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam
nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan
virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina
juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya
melalui telur (transovarial).Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
monyet juga dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula
berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet lainnya bila digigit oleh
vektor nyamuk.
Tingkat
risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang
memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain
itu, risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang
berusia kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang berasal dari ras
Kaukasia.
C. Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah
Masa
tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus
dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala
demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya
bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir
bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada
pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan
nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya
beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan
nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit
kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
D. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
A. Bagaimana Cara Mencegah DBD ?
- Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes Aegypti) harus diberantas, sebab vacsin untuk pencegahannya belum tersedia
- Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti adalah memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal sebagai "Gerakan 3M" yaitu menguras, menutup, menimbun
- Olehkarena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di kamar-kamar dalam asrama dan tempat-tempat umum, seperti pemandian umum. Maka setiap mahasiswa harus melaksanakan "3M" secara teratur sekuang-kurangnya seminggu sekali
B. Bagaimana Cara melaksanakan "3M" ?
Untuk
mencegah penyakit DBD setiap mahasiswa dianjurkan untuk melaksanakan
"3M" di kamar atau di rumah dan halaman masing-masing dengan melibatkan
seluruh warga asrama, dengan cara sebagai berikut :
- Menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1 minggu sekali
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, ember-ember.
- Mengganti air Vas bunga/tanaman air seminggu sekali
- Mengganti air tempat minum burung
- Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air
- Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat, sehingga perlu penampungan air hujan
E. Pengobatan Demam Berdarah
Fokus
pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan,
mencegah atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan
agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam
(air teh dan gula sirup atau susu).
Penambahan
cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi
platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Selanjutnya
adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
- Paracetamol membantu menurunkan demam
- Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
- Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Lakukan
kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok.
Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan
alkohol. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum
jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara
medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan
intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
BAB III
Perencanaan Promosi
A. Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan penyuluhan pencegahan penyakit Demam berdarah yaitu:
Tujuan umum :
1. Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya pencegahan demam berdarah dengan 3M.
2. Meningkatkan perilaku mahasiswa untuk berprilaku hidup sehat
3. Meningkatkan status kesehatan mahasiswa di asrama
Tujuan khusus :
1. Masyarakat mampu mencegah timbulnya penyakit demam berdarah.
2. Meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat.
3. Masyarakat tidak lagi berprilaku sembarangan.
4. Masyarakat dapat menghilangkan jentik-jentik nyamuk penyebab demam berdarah.
5. Berperan aktif dalam upaya kegiatan kesehatan.
B. Sasaran promosi kesehatan
a. Mahasiswa yang tinggal di asrama Poltekes Palembang Prodi Keperawatan Baturaja
Sasaran di asrama adalah seluruh anggota asrama secara keseluruhan terbagi dalam :
1.) Sasaran Primer
Adalah sasaran utama dalam asrama yang akan dirubah prilakunya atau anggota asrama yang bermasalah.
2.) Sasaran Sekunder
Adalah
sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam asrama yang bermasalah
misalnya, Pengawas Asrama, Ketua Asrama, petugas kesehatan asrama dan
sector terkait.
3.) Sasaran tersier
Adalah
sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsure pembantu dalam menunjang
atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya
promosi kesehatan misal, Kepala Prodi keperawatan Baturaja, Poltekes
Palembang. Pengawas Asrama, Para Dosen terkait.
b. Kemungkinan hambatan dan kesulitan.
Hambatan yang mungkin dihadapi adalah sulitnya mengumpulkan mahasiswa dan terbatasnya waktu dan dana yang tersedia.
c. Penyebab permasalahan yang bersifat prilaku dan budaya.
Adanya
prilaku mahasiswa yang tidak sehat seperti membuang sampah sembarangan,
tidak berpola hidup sehat, dan kurangnya kesadaran dari mahasiswa
asrama tentang pentingnya pencegahan timbulnya penyakit demam berdarah
dikalangan asrama.
C. Metode Promosi
Metode
yang akan digunakan dalam promosi kesehatan penyuluhan pencegahan
penyakit demam berdarah adalah penyuluhan langsung, pemasangan poster,
penyebaran leaflet, serta meberikan contoh konkrit berupa foto-foto dan
slide untuk pengetahuan tentang DBD.
D. Penyusunan Rencana pelaksanaan dan Evaluasi
Penyusunan
Rencana pelaksanaan dan Evaluasi tentang kapan pelaksanaan dan evaluasi
akan dilaksanakan, dimana, sasaran serta siapa yang akan melakukan
pelaksanaan dan evaluasi.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Promosi
Kesehatan tentang penyuluhan DBD memang penting bagi sasaran yaitu
mahasiswa yang tinggal di asrama. Untuk menambah kesadaran tentang
pentingnya berprilaku sehat terhadap dilingkungan. Serta dapat
meningkatkan status kesehatan dalam pencegahannya terhadap DBD.
PROMKES IMUNISASI BCG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data
statistik menunjukkan makin banyak penyakit menular bermunculan dan
senantiasa mengancam kesehatan. Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan
ibu, anak-anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya
masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang
pentingnya Imunisasi. Bayi-bayi yang baru lahir, anak-anak usia muda
yang bersekolah dan orang dewasa sama-sama memiliki resiko tinggi
terserang penyakit-penyakit menular yang mematikan.Untuk itu salah satu
pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar bayi-bayi, anak-anak muda
dan orang dewasa terlindungi hanya dengan melakukan Imunisasi.
Di
Indonesia, ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan pada
anak-anak, yakni BCG, polio, campak, DTP, dan hepatitis B. Menurut badan
kesehatan dunia (WHO), kelima jenis vaksin tersebut diwajibkan karena
dampak dari penyakit tersebut bisa menimbulkan kematian dan kecacatan.
Selain yang diwajibkan, ada pula jenis vaksin yang dianjurkan, misalnya
Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan
Varisela. Dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai imunisasi BCG.
1.2. Tujuan Makalah
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan
b. Untuk lebih memahami materi mengenai imunisasi.
c. Untuk mengetahui manfaat imunisasi BCG.
1.3. Metode Penulisan
Dalam
pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode library research.
Maksudnya, pengumpulan data dengan membaca literature dan buku – buku
perpustakaan. Dan sebagian mencari sumber dari media elektronik.
1.4. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan imunisasi BCG?
b. Berapa kali jumlah pemberian imunisasi BCG?
c. Pada usia berapa bulan imunisasi BCG diberikan?
d. Dimana letak penyuntikan imunisasi BCG?
e. Bagaimana tanda keberhasilan vaksinasi BCG?
f. Bagaimana efek samping dari imunisasi BCG?
g. Apa manfaat dari vaksin BCG?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).
Imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke
dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti unuk mencegah terhadap penyakit
tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan
seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio.
Imunisasi
BCG adalah vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC. (Dirjen PPM dan PLP, 1989 : 71). Vaksin
BCG merupakan vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah
vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk.BCG
berasal dari strain bovinum M. Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin
yang mengandung sebanyak 50.000 – 1.000.000 partikel/ dosis. Bakteri ini
menyebabkan TBC pada sapi tapi tidak pada manusia. Vaksin ini
dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri M. tuberculosis yang hidup,
karenanya bisa berkembang biak dalam tubuh dan diharapkan bisa mengindus
antibody seumur hidup.
2.2. Jumlah Pemberian
Cukup
1 kali, karena vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang
terbentuk akan memiliki kualitas yang sama dengan yang terinfeksi secara
alami. Oleh karena itu, antibodi yang dihasilkan melalui vaksinasi
sudah tinggi. Berbeda dari vaksin yang berisi kuman mati, umumnya
memerlukan booster atau pengulangan.
2.3. Usia Pemberian
Kelompok
umur yang rentan terserang TB adalah usia balita, terutama usia kurang
dari 1 tahun. Hal ini disebabkan anak umumnya punya hubungan erat dengan
penderita TB dewasa, seperti dengan ibu, bapak, nenek, kakek, dan orang
lain yang serumah. Karena itulah, vaksin BCG sudah diberikan kepada
anak sejak berusia kurang dari 1 tahun, yaitu usia 2 bulan. Di usia ini
sistem imun tubuh anak sudah cukup matang untuk mendapat vaksin BCG.
Namun, bila ada anggota keluarga yang tinggal serumah atau kerabat yang
sering berkunjung ke rumah menderita TB, maka ada baiknya bayi segera
diimunisasi BCG setelah lahir. Bila umur bayi sudah terlewat dari 2
bulan, sebelum dilakukan vaksinasi hendaknya jalani dulu tes Mantoux
(tuberkulin). Gunanya untuk mengetahui, apakah tubuh si anak sudah
kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi BCG
dilakukan apabila tes Mantoux negatif.
2.4. Lokasi Penyuntikan
Yang
dianjurkan oleh WHO adalah di lengan kanan atas. Cara menyuntikkannya
pun membutuhkan keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam
kulit. Bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena
lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal. Para orangtua
juga tak perlu khawatir dengan luka parut yang bakal timbul di lengan,
karena umumnya luka parut tersebut tidaklah besar.
2.5. Tanda Keberhasilan Vaksinasi
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-8
minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas. Bisul akan
sembuh sendiri, mengering dan meninggalkan luka/jaringan parut. Jika
bisul tak muncul, jangan cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan
yang salah, mengingat cara penyuntikan perlu kehlian khusus karena
vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha,
proses menyuntiknya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha
umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi BCG pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi BCG pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV), serta tidak
dapat diberikan pada anak berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif. Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya.
dapat diberikan pada anak berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif. Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya.
2.6. Efek samping
Umumnya
tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah
bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau selangkangan bila
penyuntikan dilakukan di paha) , tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3 – 6 bulan. Biasanya akan sembuh sendiri.
Reaksi yang mungkin terjadi:
a. Reaksi
lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini
berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
b. Reaksi
regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher bagian
bawah (atau selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha), tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
· Pembentukan
abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang
terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk
mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan
aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
· Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
2.7. Manfaat Vaksin BCG
Tujuan
dari pemberian imunisasi BCG terhadap anak balita 0-1 tahun adalah
untuk mencegah penyakit TBC. Telah diketahui bahwa penyakit TBC mudah
sekali menular, sedangkan pada masa bayi telah diketahui pula sangat
peka terhadap serangan penyakit, apalagi terhadap penyakit menular.
Tentunya memberikan peluang yang sangat besar untuk terkena penyakit
menular atau TBC kalau anak tersebut tidak diimunisasi BCG.
Oleh karena itu, imunisasi BCG sangat penting diberikan sedini mungkin.
Kesehatan anak di waktu kecil akan menentukan kesehatan dan kesejahteraan anak di waktu dewasa nantinya. Dengan imunisasi BCG dapat mencegah terjadinya komplikasi yang serius penyakit TBC, misalnya TBC dapat menjadi TBC otak yang mengakibatkan anak menjadi bodoh dan cacat di waktu kecil dan pastinya pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu di masa dewasa nantinya. Selain itu kuman TBC juga dapat menyerang berbagai organ tubuh seperti : paru-paru, tulang, kelenjar getah bening, sendi, ginjal, dan hati. Untuk itu, pemberian imunisasi BCG secara dini sangatlah diperlukan.
Kesehatan anak di waktu kecil akan menentukan kesehatan dan kesejahteraan anak di waktu dewasa nantinya. Dengan imunisasi BCG dapat mencegah terjadinya komplikasi yang serius penyakit TBC, misalnya TBC dapat menjadi TBC otak yang mengakibatkan anak menjadi bodoh dan cacat di waktu kecil dan pastinya pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu di masa dewasa nantinya. Selain itu kuman TBC juga dapat menyerang berbagai organ tubuh seperti : paru-paru, tulang, kelenjar getah bening, sendi, ginjal, dan hati. Untuk itu, pemberian imunisasi BCG secara dini sangatlah diperlukan.
TBC
sendiri merupakan penyakit yang disebabkan bakteri mycobacterium
tuberculosis. Masa inkubasinya berbeda dari penyakit lain. Pada penyakit
lain, inkubasi diartikan sebagai tenggang waktu antara mulai masuknya
bibit penyakit sampai munculnya gejala seperti demam. Sedangkan pada
TBC, masa inkubasi dihitung dari masuknya kuman hingga timbulnya
pembesaran getah bening di dalam paru-paru yang kadang tidak
memperlihatkan gejala. Masa inkubasi ini rata-rata berlangsung antara
8-12 minggu. Di saat itulah dokter sudah bisa mengatakan si kecil telah
positif mengidap TBC. Setelah masa inkubasi barulah timbul gejala.
Anak
umumnya mengidap TBC lantaran tertular orang dewasa. Pada orang dewasa,
bakteri penyebab TBC masuk ke paru-paru kemudian menyerang dinding
saluran napas dengan membentuk rongga yang berisi nanah dan bakteri TBC.
Setiap kali yang bersangkutan batuk, bakteri TBC yang berukuran kurang
dari 10 mikron ikut terlontar keluar dan melayang-layang di udara. Kalau
anak yang sehat menghirup udara yang kebetulan mengandung bakteri TBC,
maka ia berkemungkinan terkena.
Namun
pada anak-anak, bakteri yang ikut masuk tadi hanya menyerang jaringan
paru-paru. Jadi, tidak sampai menyerang dinding saluran napas/bronchus.
Itulah sebabnya, anak yang menderita TBC umumnya tidak memperlihatkan
gejala batuk. Karena tidak pernah batuk, bakteri jadi tidak pernah
keluar dan anak tidak akan pernah menularkan penyakitnya kepada orang
lain. Fase ini dinamakan sebagai TBC tertutup.
Meski
begitu, pada anak-anak dengan status gizi sangat buruk, bakteri TBC
bisa saja menyerang saluran bronchusnya hingga menimbulkan rongga
bernanah berisi bakteri TBC seperti layaknya TBC pada orang dewasa. Anak
akan sering terbatuk dan ikut keluarlah nanah dan bakteri yang bercokol
di tubuhnya. TBC anak yang seperti ini bersifat menular dan fasenya
bukan tertutup lagi, melainkan sudah terbuka.
Hal
yang perlu diwaspadai dari penyakit ini adalah terjadinya komplikasi.
Komplikasi terjadi karena bakteri yang masuk ke paru-paru tidak bisa
dilawan oleh sel darah putih. Akibatnya, bakteri tersebut masuk ke
aliran darah dan menyerang organ-organ vital seperti tulang, sendi
panggul, otak, dan lain-lain. Hal ini umumnya terjadi pada anak yang
belum mendapat vaksinasi BCG atau bisa juga karena ibu menderita TBC di
masa hamil dan kemudian menularkannya pada bayi melalui ASI. Risiko
tertular makin besar bila si anak memiliki kondisi gizi buruk.
Tes untuk mendeteksi
Tidak mudah
untuk memvonis seorang anak mengidap TBC. Dibutuhkan serangkaian tes
dan konsultasi langsung dengan keluarga untuk menemukan jawaban
pastinya:
1. Tes Rontgen
Tes
ini untuk mengetahui ada tidaknya flek paru pada anak. Sayangnya hasil
foto rontgen tak bisa dijadikan patokan mutlak. Sebab, flek paru pada
anak untuk menentukan sebuah penyakit tidaklah khas. Artinya, flek yang
disebabkan oleh TBC dan asma, contohnya, relatif sama. Ini berbeda
dengan orang dewasa, foto flek paru akibat TBC pada orang dewasa umumnya
sedikit berawan pada bagian atas, sedangkan pada penderita asma berawan
pada bagian bawah.
Selain
itu, anak yang tidak ada flek parunya saat di-rontgen bukan berarti
bebas dari TBC. Bisa saja dia tidak terkena TBC paru, tapi TBC tulang
hingga hasilnya tidak tampak. Pemeriksaan rontgen ini tentu saja mesti
diikuti tes lainnya.
2. Tes Mantoux
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk melihat kadar sel darah putih (leukosit) pada anak.
Jika jumlah sel leukosit menunjukkan peningkatan tajam melebihi standar
normal (>10 milimeter), ada kemungkinan yang bersangkutan menderita
TBC. Meningkatnya sel darah putih ini berguna untuk melawan bakteri TBC.
Pemeriksaan ini umumnya dilanjutkan dengan screening untuk menentukan
apakah ia positif terkena TBC atau tidak. Pemeriksaan ini juga mesti
dilakukan hati-hati, karena bukan berarti anak yang jumlah leukositnya
rendah negatif pastilah TBC. Mungkin saja si anak berstatus gizi sangat
buruk, hingga tubuhnya tidak bisa memproduksi sel darah putih, alias
kekebalan tubuhnya terganggu.
3. Tes Darah
Ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana laju endap darahnya. Selain bisa
juga ditemukan adanya antibodi TBC. Jika laju endap darahnya kurang baik
dan ditemukan antibodi TBC, besar kemungkinan si kecil terkena TBC.
4. Wawancara
Untuk
mengetahui riwayat perjalanan penyakit anak, wawancara mesti dilakukan
secara detail. Beberapa yang hal yang biasanya ditanyakan antara lain
lamanya demam, siapa saja anggota keluarga yang berpotensi kemungkinan
menularkan penyakit, adakah keluarga yang mengidap TBC. Semua pertanyaan
itu sangat penting untuk menegakkan diagnosa TBC pada anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan. Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercel bacili yang
hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif,
dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ke dalam tubuh, alias vaksinasi
BCG (Bacillus Calmette Guerin).
Imunisasi
BCG wajib diberikan, seperti diketahui, Indonesia termasuk negara
endemis TB dan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia.
TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet,
yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk,
bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah
bertambah, sulitmakan, mudah sakit, batuk berulang, demam, berkeringat
di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata
berlangsung antara 8-12 minggu.
Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Martoux untuk
mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk
mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu
melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau
tidak, berkontak dengan penderita TB.
Jika
anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus
TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama
pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati
dan sebagian ada yang “tidur”. Karenanya, mencegah lebih baik daripada
mengobati. Selain menhindarianak berkontak dengan penderita TB, juga
meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian
imunisasi BCG.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar